Catatan Piplres 2014 Prabowo Hatta dan Jokowi Jusuf Kalla Mari Berfikir - Black Campaign

Catatan Piplres 2014 Prabowo Hatta dan Jokowi Jusuf Kalla Mari Berfikir

koalisi presiden indonesia

DI tengah berita media –media partisan yang memihak, memlintir pernyataan, ditambah saling serang antar pendukung masing-masing pasangan capres-cawapres di sosmed, bagaimanakah kita, rakyat biasa, mendapat informasi dan pemahaman yang memadai tentang keadaan politik sekarang? Khususnya dalam menentukan pilihan politik?

Bagi kita rakyat biasa, masih ada alat ampuh: Akal sehat.

Ya, akal sehat.

Akal sehat tidak bisa dikelabui rekayasa informasi, sepanjang akal sehat kita terjaga baik. Karena itu, bersama saya, mari kita jaga dan gunakan akal sehat masing-masing melaui tulisan ini.

Dengan akal sehat, kita bangun logika sehat – tidak usah yang rumit-rumit seperti pakar politik atau tim sukses. Kita berusaha pintar. Biarlah para politisi dan pengamat yang terpaksa harus bodoh karena tugas – ups, maaf.

Pertanyaan adalah alat untuk mengetahui. Nah, kita rakyat bikin pertanyaan yang dasar-dasar saja, lalu kita bersama-sama berusaha mencari jawaban. Mari kita coba berpikir dan bertanya polos, seperti anak baru akil baligh. Singkirkan dulu informasi-informasi negatif, rasa suka-tidak suka. Pokoknya polos. Bila perlu ambil nafas dulu dan lepaskan pelan-pelan.

Pertanyaan pertama paling dasar adalah: Siapa yang sekarang bersaing dalam pemilihan presiden? Jawabanya, Tuan Prabowo dan Tuan Jokowi.

Betulkah?

Melihat komitmen masing-masing calon yang pernah dikemukakan sebelum pilpres, dengan asumsi bahwa kedua calon sungguh-sungguh dan jujur dengan pernyataannya masing-masing, sedikit di balik tirai panggung kita akan melihat bahwa yang sedang bersaing sekarang sebenarnya bukan Prabowo dengan Jokowi, tapi Prabowo dengan para mantan atasannya di TNI.

Prabowo sejak lama berminat jadi Presiden. Ini ia tunjukkan secara jelas dengan membangun partai, memasang iklan, ikut bursa percalonan di pilpres sebelumnya, dan sekarang.

Jokowi, berdasarkan pernyataan-pernyatannya – tolong jangan diperumit – tak berminat jadi Presiden. Ia berkali-kali menegaskan akan menyelesaikan mandatnya sebagai gubernur DKI selama 5 tahun.

Yang mendorongnya jadi adalah PDIP, yang melihat populeritas Jokowi ketika itu sebagai asset partai. Lalu sejumlah purnawirawan berhimpun di belakangnya untuk menghadang Prabowo. Kenapa? Nanti kita coba jari jawabannya bersama-sama.

Jadi , yang terlihat di balik tirai panggung adalah persaingan Prabowo dengan Tuan Wiranto, Hendro Priyono, Luhut Panjaitan. Ada 35 jenderal di perahu Jokowi, tapi kita sebut tiga itu saja.

Kenapa mereka memilih bediri di belakang Jokowi? Karena Mas Joko ini orang baik, tipe pekerja, disenangi rakyat, disayangi media. Masuk akal toh? Wiranto memang sempat maju sendiri, tapi sudah terbukti kurang laku.

Para pendukung Jokowi, karena itu, sebenarnya sedang mendukung para purnawirawan ini, kecuali pendukung Jokowi untuk gubernur DKI. Mereka harus dikecualikan.

Jokowi sudah banyak jadi bahan berita, tak susah mendapatkan informasi tentang dia. Sangat banyak. Tapi kita pilih yang pokok-pokoknya saja. Dan yang bersifat langsung pernyataan dan tindakan dia, bukan narasi media. Klip-klip video tentang pernyataan-pernyatannya bisa jadi bahan, kemudian kita rangkai untuk mendapat gambaran umum.

Dari rangkaian itu, yang terlihat adalah, Jokowi kerjanya sungguh-sungguh, hidupnya merakyat, omonganya pun sederhana. Pantaskah ia jadi presiden? Kenapa tidak? Banyak yang ingin punya presiden merakyat. Tapi apakah ia benar-benar berminat? Kalau kita menganggap Jokowi jujur, ia tidak berminat. Ingat lho, ini bukan kata kita, tapi kata dia sendiri.

Menurut logika sedernana, ia adalah ‘perwakilan’ PDIP dan para mantan purnawirawan itu. Sekali lagi, pilpres ini adalah persaingan antara Prabowo dengan para jenderal seniornya.

Untuk mengetahui Prabowo pun, kita buat pertanyaan-pertanyaan mendasar. Layakkah ia jadi Presiden? Bukankah menurut berbagai informasi ia dipecat?

Kita cari jawabannya dengan logika dasar pula, dengan melihat kenyataan sekarang. Kita ini rakyat, tak usah cari-cari dokumen otentik seperti pengacara atau detektif, atau tim penyelidik. Pakai akal biasa saja. Maka ini yang kita lihat:

Pengertian dipecat itu dikeluarkan dari instansi tempat dia bekerja. Statusnya dicabut. Setelah dipecat, seseorang tidak memiliki lagi hubungan resmi dengan instansi yang memecatnya.

Prabowo tetap menyandang pangkat letnan jenderal sampai sekarang. Dan pada setiap HUT Kopassus, Prabowo diundang dan hadir dengan pakaian resmi militer. Prabowo pun masih menerima uang pensiun. Jadi kata dipecat tidak cocok di sini, tak peduli satu juta media dan tujuh gerobak pengamat berulang-ulang menyebutnya demikian.

Pun, menurut informasi yang tersebar luas, Prabowo melanggar HAM, penanggung jawab tragedi Semanggi. Lagi-lagi kita, rakyat biasa, memeriksa ini dengan logika sederhana saja. Tak usah cari-cari dokumen dan alat-alat bukti. Dokumen dan alat bukti bisa dibuat dan dipalsukan, akal sehat tak bisa dikelabui.

Prabowo tidak diadili untuk kasus itu. Ada dalih: karena para penyeretnya takut Soeharto. Tapi bukankan waktu itu justru sedang berlangsung gerakan reformasi menggulingkan Soeharto? Dan berhasil? Kok takut? Soeharto saja beberapa kali dipanggil Kejaksaan dan datang. Kenapa Prabowo, yang ‘hanya’ mantan menentu, tidak dipanggil dan dituntut?

Zaman Gus Dur, Wiranto Pangab. Kenapa masih tak berani menyeret Prabowo ke pengadilan? Sipil atau militer? Masih takut karena mantan menantu Soeharto? Anaknya saja, Tommy Soeharto, ditangkap, diadili dan dipenjara, kenapa tak mau menangkap dan mengadili Prabowo? Karena ‘lari ke Jordania’. Ah, apa susahnya menangkap Prabowo di luar negeri, apalagi ia dimusuhi polisi dunia, Amrik.

Jadi, menurut logika sederhana, Prabowo pelanggar HAM dan penanggung jawab tragedi Semanggi itu tidak bisa dimengerti. Silahkan bantah pakai logika dan bukti.

Malah, ia sempat jadi cawapres Megawati.

Sampailah kita di pertanyaan paling utama: Kalau begitu, kenapa dulu Prabowo diberhentikan dari tugasnya sebagai Pangkostrad? Dan kenapa sekarang para purnawirawan itu merasa perlu menghambat Mas Bowo jadi Presiden?

Untuk menjawab ini, kita perlu jelas dulu bahwa pemberhentian Prabowo dari jabatan Pangkostrad terkait dengan kerusuhan Mei 1998. Prabowo adalah salah seorang yang bertanggungjawab mengamankan keadaan dari para perusuh.

Siapakah para perusuh itu? Mahasiswa demonstran? Warga Jakarta? Anggaplah ini benar. Tindakan anarkis paling keras yang bisa mereka lakukan paling membakar ban, memblokir jalan, seperti yang biasa kita lihat. Kita perlu berpikir keras untuk memahami bagaiamana mereka bisa membakar mall, sejumlah bangunan, menghancurkan puluhan kendaraan. Sejak tahun 66, gerakan mahasiswa tak menghasilkan capaian besar tanpa didukung militer.

Kebetulan sebagai warga masyarakat biasa ketika itu saya kos di sebuah rumah milik warga keturunan di daerah Salemba. Kebanyakan warga di sana adalah orang keturunan. Menjelang siang, huru-hara meletus di sana. Sejumlah orang berkepala cepak, bertubuh kekar, menggedor-gedor kaca ruang pamer [showroom] kendaraan, kantor-kantor. “Keluar kalian, Cina! Keluar!” teriak para penyerang berkepala cepak itu. Warga keturunan berlarian. Kaca-kaca pecah. Sejumlah kendaraan dibakar.

Tampilan orang-orang seperti itu ada di berbagai tempat kerusuhan di Jakarta. Itu tampilan orang-orang militer. Beberapa di antaranya tampilan preman. Mereka seperti satu kesatuan, dengan gerak yang terorganisir. Mereka trampil membakar gedung, menghancurkan bangunan, membakar kendaraan.

Nah, kesatuan yang dipimpin Prabowo menghadapi orang-orang seperti ini, yang dikirim entah dari mana dan oleh siapa.

Tak terhindarkan korban berjatuhan. Tapi Jakarta selamat dari bumi hangus total. Dan proses transisi kekuasaan berjalan sesuai konsitusi – tidak melalui pengambilalihan secara paksa oleh militer.

Tapi lagi: Prabowo tahu siapa di belakang para perusuh itu. Karena beberapa di antara mereka berhasil di tangkap oleh anak buah Prabowo. Dan karena Prabowo tahu, dia harus dipecat. Disingkirkan.


Mari tetap pelihara akal sehat .

Advertisement

author picture

Pesan Saya

Gus Durian nulis Catatan Piplres 2014 Prabowo Hatta dan Jokowi Jusuf Kalla Mari Berfikir di Blog Black Campaign ini. Jika Artikel ini menarik silahkan Anda bagikan ke teman dan saudara Anda, Jika nggak suka terserah Anda, GITU AJA KOK REPOT.

1 comments: